Rabu, 17 November 2010

Pemekaran Tangsel Perlu Diawasi Ketat

Pemekaran wilayah Kota Tangerang Selatan (Tangsel) harus mendapat pengawasan yang ketat dari semua kalangan termasuk akademisi, LSM dan seniman.

Hal itu untuk mengantisipasi terjadinya ketidakserasian antara tujuan pemekaran dengan hasil di lapangan. Demikian disampaikan pengamat politik yang juga dosen Universitas Indonesia Arbi Sanit saat berbicara dalam dialog publik Ada Apa di Balik Pembentukan Kota Tangerang Selatan dan Kabupaten Tangerang Utara yang diselenggarakan Komunitas Indonesia untuk Demokrasi di Gedung Jiwasraya, Cikokol, Tangerang Selasa (15/7).

Merujuk pada pengalaman pemekaran di sejumlah daerah di Indonesia, kata Arbi sering dijumpai adanya ketimpangan antara harapan dan kenyataan. Pemekaran daerah yang mestinya bisa menyejahterakan rakyat setempat justru terjadi sebaliknya. Hal itu katanya, terjadi akibat disefisiensi penggunaan anggaran oleh elit-elit politik di daerah pemekaran tersebut.

Anggaran yang ada terutama yang dari pusat bukannya terdistribusi untuk masyarakat, tapi justru dinikmati oleh pejabat tertentu saja, kata Arbi.

Masih terkait proses pemekaran Tangerang Selatan, Arbi juga mengingatkan agar masyarakat mewaspadai terjadinya perilaku dari elit politik dan birokrat yang menempatkan elit politik dari daerah induk ke wilayah pemekaran. Jangan sampai aspirasi pembentukan Kota Tangsel yang semula berangkat dari aspirasi masyarakat dikalahkan oleh kepentingan elit. 

Untuk itu, mesti dilakukan persiapan yang matang termasuk menyiapkan cetak biru Kota Tangerang Selatan. Cetak biru Tangerang Selatan ke depan harus dipersiapkan secara matang, kata pengamat politik ini.

Tanda-tanda terjadinya pertarungan antara kepentingan elit dan masyarakat terkait pemekaran Kota Tangsel, kata Arbi sebetulnya sudah terlihat dari istilah nama calon kota baru itu. Aspirasi masyarakat yang sebelumnya menginginkan nama Cipasera, tapi belakangan berganti nama menjadi Kota Tangesel.

Padahal dilihat dari sisi historis, sosiologi, politis dan ekonomis nama Cipasera itu lebih pas dibanding Tangerang Selatan, tandas pengamat politik berkuncir ini.(afu)


Sumber :

http://www.radarbanten.com/mod.php?mod=publisher&op=viewarticle&artid=28881

16 Juli 2008





Tidak ada komentar:

Posting Komentar